Kamis, 17 Juli 2008

LUPA

Tidak ada orang yang lebih beruntung selain Lucy Whitmore. Sebagai penderita Goldfield Syndrome, Lucy selalu melupakan segala hal yang terjadi hari ini akibat hilangnya daya ingat jangka pendek. Lucy menderita penyakit ini setelah tiga bulan koma di rumah sakit akibat kecelakaan. Nyawanya tertolong namun otaknya rusak permanen. Kehidupan Lucy berubah menjadi hidup sehari.

Bagi Lucy, hidup bukanlah hidup yang penuh kejutan. Dengan segala daya upaya, ayah dan saudara laki-lakinya selalu menjaga Lucy agar tidak menyadari ada yang berubah dengan kesehariannya. Satu hari hidup Lucy telah dikemas sedemikian rupa dengan koran pagi yang sama, pertandingan olahraga yang terus diputar ulang, hingga hari ulang tahun sang ayah yang selalu dirayakan setiap hari. Beruntung Lucy bertemu Henry Roth, pemuda yang setia membuat rekaman video untuk mengingatkan Lucy terhadap masa-masa yang telah dilaluinya.

Saya lupa bahwa film berjudul 50 First Dates ini telah saya saksikan untuk ketiga kalinya. Namun saya tertegun kali ini saat menyadari bahwa ada persamaan yang begitu erat antara Lucy dan Indonesia. Mudah-mudahan saya salah, namun semua bukti mengarah pada indikasi bahwa bangsa ini pun mengalami kecenderungan menderita Goldfield Syndrome.

Beberapa waktu lalu misalnya, Indonesia lupa bahwa sebuah aliran kepercayaan telah ada dan hidup damai berdampingan sejak bertahun silam. Lupa kalau kekayaan alam kita sudah hampir habis namun manfaatnya belum dirasakan untuk sebesar-besar kemakmuran penduduknya. Lupa kalau pemuda-pemudi kita mampu bersaing di pentas internasional namun kekurangan kesempatan dan jaminan masa depannya. Masalah akhirnya hanya disamarkan dengan masalah baru.

Belum lagi ke depannya Indonesia mungkin akan lupa bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Artinya mereka harus dibina dan bukan dibinasakan. Namun justru karena naiknya harga BBM, maka program mengentaskan kemiskinan telah berhasil ’menghabisi’ lebih banyak lagi warga miskin di negara ini. Indonesia hampir lupa terhadap visinya, sementara para pemimpin mulai bingung dan lupa kemana harus melangkah.

Saya pun harus bertanggung jawab sebagai bagian dari masyarakat yang pelupa ini. Contohnya saya hampir lupa kalau besok harus bangun pagi namun sekarang masih menonton Piala Eropa dan mendukung kesebelasan Belanda. Saya bahkan lupa kalau Belanda pernah menjajah kita bertahun-tahun lamanya. Namun saya tidak akan lupa bahwa bangsa ini masih memiliki harapan. Harapan yang bersandar di pundak saya dan anda. Reinkarnasi semangat kebangsaan yang harus dipikul dan dijinjing.

Syarat kepemimpinan ternyata bukan saja memiliki visi yang jelas, namun juga daya ingat yang kuat terhadap pelaksanaan visi tersebut. Hal mana belum kita temui bahkan dalam diri para calon pemimpin yang tergambar melalui iklan kampanye terselubung atas nama kesejahteraan rakyat. Mereka pun tidak dapat berbuat banyak selain sesekali makan nasi aking untuk memperlihatkan empati kepada masyarakat. Atau paling tidak mencoba optimis dengan janji-janji puitis nan sinis. Sehingga seharusnya kita sudah paham kenapa Indonesia tidak kunjung membaik. Jawabannya hanya satu, yaitu lupa. #

*nada minor, Juni 2008, REINKARNASI

1 komentar:

Anonim mengatakan...

ahahaha..Bravo Marlon "Brando"
keren juga dari film 50'first date jadi kritik buat negara sekaligus penyemangat kaum muda...hehehe...
tapi Drew Barymoree astaga cuuyyy,

yah mungkin mereka berpura2 lupa kawan, nah jikalau kita tiba di puncak cita jangan lah kita lupa
agar berbeda dengan mereka!!!
ini tulisan dari gua yang terkadang benar-benar lupa, tapi bukan berarti bangga;

-Terlalu-

Aku bukan pujangga, bukan pula pujanggi
aku bukan penyair, penyiar tentu tidak
aku bukan seniman, apalagi sastrawan
aku tidak gila, “kebanyakan” tertawa

Manusia biasa pemuntah isi kepala
Pengembara berteman khayal
dengan bebas bersulang kata
seringkali lupa maksudnya !!

semua jadi Inspirasi
diam di ramai kota
ramai di sepi desa
basa-basi liar sepaham tinggi

itu saja,
terlalu merah mata
terlalu berat kepala
gontai lapar, dahaga pula
maksud tulisan ini apa?
sial, aku lupa!!

-Aneze-

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...