Kamis, 02 Juli 2009

PIRING KOTOR

Pesta demokrasi hampir memasuki acara puncak. Dalam momen ini, Indonesia sekali lagi akan memilih siapakah orang yang pantas untuk menjadi pasangan pemimpin. Pemimpin yang akan membawa kita mundur untuk memperbaiki masa lalu dan membawa kita maju untuk menyongsong masa depan.

Prediksi pengamat telah dilontarkan. Lobi-lobi antar partai politik telah dilakukan. Pasangan pemimpin mulai dideklarasikan. Media massa dibingungkan dengan spekulasi berbagai kombinasi yang dianggap pantas untuk maju sebagai calon pasangan.


Isu dan fakta pun berkembang. Ada pasangan saudagar dan perwira yang akan beradu dengan kombinasi perwira dan ahli ekonomi. Ada lagi pasangan aktifis rakyat kecil dan perwira yang siap menjadi kuda hitam. Pencitraan pasangan pemimpin gencar dilakukan. Hal ini penting karena dapat menjadi kunci utama kemenangan.

Setiap kombinasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Apapun itu, tolong pastikan untuk tidak memilih satu kombinasi yang sangat berbahaya untuk menjadi pemimpin negara ini. Kombinasi itu adalah pesulap dan peramal.

Seorang pesulap adalah orang yang sangat kreatif dengan berbagai trik. Ia mampu ’membohongi’ orang lain dengan kecepatan gerak atau tipuan psikologis yang sempurna. Kita dibuat percaya bahwa apa yang sedang dilihat, didengar, dirasa, bahkan dipikirkan sebagai sebuah hal yang nyata.

Bayangkan jika pesulap ini kemudian memanipulasi realita yang terjadi pada diri kita. Kita akan terbuai nikmat dalam imajinasi alih-alih menderita dalam kenyataan. Kita tak sadar bahwa di sekitar kita bukanlah apa yang sesungguhnya kita lihat, dengar, rasa dan pikirkan.

Sementara seorang peramal adalah orang yang memiliki kemampuan untuk melihat masa depan. Ia mampu membuat orang percaya terhadap sesuatu yang akan terjadi kemudian. Kita dibuat percaya bahwa apa yang akan dilihat, didengar, dirasa, bahkan dipikirkan akan menjadi sebuah hal yang nyata.

Bayangkan jika peramal ini kemudian memanipulasi masa depan yang akan terjadi pada kita. Kita akan terbuai janji-janji alih-alih melakukan kerja-kerja nyata. Kita tak sadar bahwa apa yang belum terjadi bukanlah apa yang sesungguhnya akan kita lihat, dengar, rasa dan pikirkan.
Lalu muncul pertanyaan kombinasi apakah yang sesuai sebagai pasangan pemimpin bangsa. Sesungguhnya masalahnya bukan itu. Siapapun yang terpilih bukanlah karena siapa dia, melainkan karena mampukah ia menutup pesta demokrasi ini dengan terhormat.

Pesta demokrasi lima tahunan ini adalah pesta selayaknya pesta ulang tahun atau pesta perkawinan. Kita tahu bahwa setelah pesta berlalu, selalu ada ‘piring kotor’ yang harus dibersihkan. Ada sampah yang harus dibereskan. Inilah pekerjaan yang mau tidak mau harus dilakukan. Sehingga pasangan yang terpilih nanti, haruslah mempunyai keberanian untuk bergelut dengan hal-hal kotor dan membersihkannya. Namun jelas bukan pekerjaan gambpang karena bahkan saat pesta demokrasi kali ini berlangsung, kita masih terus berkutat untuk membersihkan piring kotor dari pesta sebelumnya.#

Jakarta, 09 Mei 2009
*ARUS Edisi II Mei 2009

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...