Sabtu, 17 Mei 2008

PAHLAWAN

Mengheningkan cipta selalu menjadi acara wajib setiap kali upacara bendera pada hari Senin. Suatu ritual untuk mengenang arwah para pahlawan yang telah gugur mendahului kita. Para pahlawan dimana mungkin sebagian murid masih kesulitan mengingat nama-nama mereka setiap kali ujian pelajaran sejarah.

Para pahlawan itu telah gugur bertempur di medan perang bersenjatakan bambu. Mayatnya tergeletak begitu saja dan kembali menjadi debu. Suatu cerita patriotisme yang mengharu-biru, saat guru sejarah menceritakan kembali kisah tersebut dengan menggebu-gebu.

Para pahlawan sebenarnya hanyalah orang-orang yang menonjol dalam keberanian dan pengorbanan untuk membela kebenaran. Atau paling tidak berkorban dalam membela apa yang mereka yakin sebagai sebuah kebenaran. Orang-orang ini acapkali juga dikenal karena berjuang dengan gagah berani. Mereka telah lama kehilangan rasa takut dan hanya menatap lurus ke arah tujuan.

Banyak yang disebut pahlawan pada masa perjuangan. Hampir setiap orang yang bertempur untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan adalah pahlawan. Setiap orang yang dengan tulus meninggalkan keadaan dan menderita di riuh-rendah desing peluru juga pahlawan. Mereka menolak menadahkan tangan kepada harapan untuk lebih memilih mengangkat senapan.

Pada kenyataannya, mereka tidak disebut pahlawan ketika mereka hidup, namun setelah mereka tiada. Mereka disebut pahlawan karena gugur di jalan kebenaran mereka. Tidak peduli apakah tujuan yang diinginkan tercapai atau tidak. Kepahlawanan lebih kepada proses perjuangan, bukan semata-mata kemenangan.

Label seorang pahlawan itu kemudian diberikan oleh mereka yang mengenal atau mengenangnya. Diberikan sebagai sebuah bentuk penghargaan. Begitulah gambaran umum seorang pahlawan itu lahir. Tepatnya mereka bukan lahir menjadi pahlawan, namun mati menjadi pahlawan.

Bila kita sekarang menoleh ke kiri dan ke kanan, akan banyak kita temukan sosok pahlawan. Pahlawan di masa sekarang bukan sekedar sosok-sosok yang memanggul senapan. Bukan pula sekedar gagah dan berani bak seorang jagoan standar preman. Mungkin mereka sedang berteriak-teriak di jalan. Membela hak yang tidak kita sadari sedang dinisbikan oleh keadaan. Para pahlawan ini pun layak mendapatkan penghargaan. Sebuah penghargaan atas perjuangan yang tidak mengenal finish sebagai akhiran.

Namun pandai-pandailah memilah kalau memang kau ingin menemukan pahlawan. Pahlawan-pahlawan jaman sekarang kerap tertimbun dalam gundukan yang kesiangan. Belum lagi ditambah orang-orang yang merekatkan label itu secara sembarangan. Maka, jangan heran bila terjadi bias gelar pahlawan. Itu hal yang normal. Bahkan keberadaan Hari Pahlawan pun mungkin tidak akan termaknai dan diabaikan. Pada masanya nanti, kepahlawanan bukan lagi sebuah keberanian dan pengorbanan. Dia tidak lebih dari sebuah simbol pengharapan. Atau malah simbol keangkuhan.#

*nada minor, November 2008, PERJUANGAN TANPA AKHIR

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...